Hari Rabu (12/04/23), Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah (HMJ BSD), Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya menggelar acara Mapag Riyaya dengan tema “Andum Kaberkahan Majelis SKI Mapag Dinten Kang Fitri”. Dalam penyelengaraannya, HMJBD berkolaborasi dengan komunitas Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, Sie Kerohanian Islam (SKI) Jawa Unesa. Acara Mapag Riyaya diselenggarakan secara langsung (offine) dan bertempat di Gedung T6 (Joglo), Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya.
Acara Mapag Riyaya yang diselenggarakan oleh HMJBSD berlangsung dengan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Kelancaran dalam acara tersebut tentu berkat adanya partisipasi penuh dari para dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, fungsionaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, fungsionaris komunitas Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, Sie Kerohanian Islam (SKI) Jawa Unesa dan perwakilan dari masing-masing kelas angkatan 2021 dan 2022.
Rangkaian acara Mapag Riyaya berlangsung sangat kusyuk dan intim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt, meraih pahala sebanyak-banyaknya pada Bulan Suci Ramadhan serta mempererat silaturahmi antara mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah. Disamping tujuan yang hendak dicapai tersebut, ada hal yang menarik dari rangkaian acara Mapag Riyaya. Rangkaian acara mapag riyaya menampilkan sajian kultum yang dibarengi dengan suguhan pembacaan puisi dalam Bahasa Jawa (guritan) oleh saudara Zida Fia
Nabila.
Sajian kultum yang dibawakan dengan judul “Nuur ‘ala Nuur” rupa-rupanya merupakan sarana yang digunakan untuk memaknai kandungan dalam puisi Jawa (guritan) yang berjudul “Menyang Endi Pepadhang Ilang?”. Guritan yang digunakan tersebut merupakan karangan dari seorang pernyair Jawa bernama Nyitno Munajat. Kandungan guritan Menyang Endi Pepadhang Ilang? berisi tentang terjadinya fenomena alam luar biasa yang disebut gerhana. Dalam sajian kultumnya, saudara Fikri Firmansyah memaknai kandungan dari guritan tersebut sebagai pengingat untuk umat muslim agar senantiasa berdoa dan bertaubat kepada Allah Swt pada malam Lailatul Qadar di Bulan Ramadhan.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari momor 1044, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”. Gerhana merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah. Maka ketika Allah Swt. menunjukkan kekuasaannya, umat muslim disunahkan untuk berdoa dan bertaubat dengan melakukan sholat gerhana. Pada bulan Ramadhan, fenomena dan tindakan tersebut dapat terjadi dan dilakukan pada malam Lailatur Qadar. Tidak jauh berbeda, umat muslim pada malam Lailatur Qadar disunahkan untuk memperbanyak ibadah dan doa. Malam Lailatut Qadar merupakan malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Untuk menandai datangnya malam tersebut, Fikri Firmansyah menerangkan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil di Bulan Ramadan.
Comments